Selasa, 21 Juli 2009

Seputar Sekolah Minggu

Beberapa catatan seputar
PENGELOLAAN SEKOLAH MINGGU


 

Branckly E. Picanussa, S.Si, M.Th.LM


 

PENDAHULUAN

Pengelolaan Sekolah Minggu adalah suatu penataan wadah persekutuan, pelayanan, dan kesaksian bagian anak-anak dan para remaja Kristen/Gereja. PSM merupakan suatu pengaturan secara arif dan bijaksana serta kreatif berbagai hal yang terkait dengan Sekolah Minggu, antara lain: guru, murid, pengurus, lingkungan, waktu dan tempat, kelengkapan belajar-mengajar, kegiatan belajar-mengajar, kegiatan penunjang, pengelolaan keuangan, kerjasama dan evaluasi.


 

GURU Sekolah Minggu yang bervariasi………

  • tidak berpendidikan tapi berpengalaman, namun tidak mau belajar untuk mengembangkan diri
  • tidak berpendidikan tapi berpengalaman dan selalu berusaha untuk mengembangkan diri
  • berpendidikan umum dan minim dalam pengalaman serta tidak mau berusaha untuk mengembangkan diri
  • berpendidikan umum dan minim dalam pengalaman tetapi mau berusaha untuk mengembangkan diri
  • berpendidikan umum, segudang pengalaman
  • berpendidikan khusus, minim pengalaman
  • berpendidikan khusus, segudang pengalaman


 

Para MURID Sekolah Minggu dengan berbagai karakter …………..

Usia 3/4 – 6 tahun:

suka bermain, suka berlari, suka berlompat, suka melempar, suka meniru, besarnya rasa ingin tahun, suka bertanya, penuh khayalan, cemburu, suka berkelompok, lebih mementingkan diri, lebih senang melakukan sesuatu sendiri,

suka percaya apa yang dikatakan kepadanya,

ingatan belum terlalu kuat, suka diperhatikan, suka dipuji, suka meraba,

suka melihat, suka mendengar,

perhatiannya singkat, cepat gelisah jika yang diperhatikan tidak menarik,

ingin disayang, dihargai, rasa aman,

rasa takut yang besar terhadap ancaman, kesendirian, tidak disayangi, kegelapan, sakit, suara keras, guntur, hujan, anjing, dll.


 

Usia 7 – 9 tahun:

bermain masih meruapakn hal yang penting, sedikit egois,

agresif, keras, ingin di puji, dihargai, disayang,

sangat aktif, seringkali bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu,

mulai belajar membaca, menghitung, menulis, rasa ingin tahu, sering bertanya,

suka berkelompok, cepat putus asah,

perhatian terpusat yang masih singkat jika tidak menarik, dll.


 

Usia 10 – 12 tahun:

keberanian, keinginan mencari pengalaman baru, mengumpulkan benda-benda dan berkelompok dengan yang sejenis, enang bekerja sama dan bermain dalam kelompok, suka permainan adu kecerdasan dan ketangkasan,

bersemangat dalam belajar, suka membaca, rasa ingin tahu, suka bertanya, perhatian terpusat sudah mulai agak lama, kemampuan mengingat/menghafal yang baik,

setia kawan, ingin tampil sama dengan teman-teman,

mudah bergaul, banyak bicara, imajinatif, emosional,

cenderung mempertahankan relasi, berpikir dari hal-hal konkret ke hal-hal abstrak,

mulai mempelajari segi-segi keteraturan, tata tertib, dan otoritas dalam kelompok,

ingin dibina dalam kerja sama yang produktif dan membangun,

jika tidak pernah mendapat pengharagaan, pujian atau dorongan dari

orang-orang yang membinanya akan timbil dalam dirinya rasa rendah diri

dan kurang percaya diri, dll.


 

Usia 13 – 16/17 tahun:

masa krisis identitas,

membutuhkan penghargaan, pengertian, dan penerimaan dari pihak-pihak

yang sangat dekat dalam menghadapi keadaan tidak stabil yang sedang dirasakan,

kritis, argumentatif, kreatif, idealis,

cepat mengadakan penilaian, menginginkan hal-hal humoris dan imajinatif,

tertarik kepada lawan jenis kelamin, berpikir abstrak,

perempuan lebih suka membaca buku cerita (roman) sementara

laki-laki lebih menyenangi olahraga dan kegiatan fisik,

keinginan untuk bebas dan tidak terlalu diatur oleh orang tua, dll.


 

PENGURUS Sekolah Minggu yang saling menunjang.

Kepengurusan Sekolah Minggu, misalnya, terdiri dari:

Ketua

(Wakil Ketua)

Sekretaris

(Wakil Sekretaris)

Bendahara

(Wakil Bendahara)

dan bidang-bidang sesuai kebutuhan, misalnya:

  • Peribadahan dan Pembelajaran
    • Peribadahan: Tata Ibadah dan Seni
    • Pembelajaran: Perpustakaan dan Media


 

  • Pendanaan (mencari donatur dan atau pengembangan usaha-usaha lain)
  • Penelitian dan Pengembangan
  • Dll.


 

LINGKUNGAN: orang tua, masyarakat, dan alam ……

Lingkungan merupakan bagian yang turut mempengaruhi

bagi pengelolaan dan pengembangan Sekolah Minggu. Oleh karena itu, kerjasama dan membangun hubungan komunikasi yangbaik perlu dilakukan, dibina dan di jaga.


 

WAKTU DAN TEMPAT ……

Penetapan waktu dan tempat harus dilakukan secara bijaksana. Sehingga tidak

membuang energi untuk melakukan hal-hal yang tidak penting. Demikian juga dengan tempat. Pengelolaan Sekolah Minggu dapat dilakukan di dalam ruangan, maupun di luar ruangan. Variasi tempat dalam kegiatan Sekolah Minggu itu perlu.


 

KELENGKAPAN BELAJAR-MENGAJAR di Sekolah Minggu ….

Sering kali orang berkata bahwa tidak ada akar, batang pun dapat berguna.

Sering kali terjadi kelengkapan belajar-mengajar tidak memadai,

Akibatnya ber-Sekolah Minggu hanyalah suatu rutinitas.


 

KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR……..

Kegiatan belajar-mengajar semestinya dikelola secara baik sehingga iman kristiani guru dan murid bertumbuh dengan baik. Oleh karena itu, persiapan guru sangat diperlukan. Selain persiapan, pelaksanaan dan evaluasi juga mesti dilakukan dengan baik.


 

  • PERSIAPAN GURU
    • TUJUAN PEMBELAJARAN meliputi:
      • Umum
      • Khusus
    • PENGELOLAAN MATERI PEMBELAJARAN perlu memperhatikan:
      • Tujuan (kognitif, afektif, psikomotor)
      • Siapa yang akan belajar
      • Waktu
      • Tempat
      • Sumber
    • METODE PEMBELAJARAN perlu mempertimbangkan:
      • Tujuan (kognifit, afektif, psikomotor) dan uraian materi
      • Siapa yang akan belajar
      • Waktu
      • Tempat
      • Kemampuan

      Beberapa metode mengajar: bercerita, bercerita plus (+ alat peraga, gambar, vidio, lagu, dll), tanya jawab, pantomim (peragaan/ sandiwara tanpa bersuara), bernyanyi, berkarya, menggambar, diskusi, penelaahan/pendalaman Alkitab, membaca, bermain, tugas, ceramah, wawancara, studi kasus, kunjungan, dll. Pengajar Sekolah Minggu sebaiknya dapat mempergunakan metode-metode tersebut di atas secara bervariasi.

    • MEDIA PEMBELAJARAN – klasikal, peragaan (alat peraga) perlu mempertimbangkan:
      • Tujuan
      • Materi
      • Siapa yang akan diaajar
      • Keterlibatan/partisipasi
      • Perubahan (pengetahuan/sikap, keterampilan)
      • Kegiatan (mendengar, melihat, berpikir, berbuat)
      • Ketersediaan/kemudahan memperoleh
      • Waktu
      • Metode
      • Kemampuan/keterampilan pengajar dalam mempergunakan

      Media (dalam artian alat, alat peraga) merupakan sarana untuk mengkomunikasikan berita/pesan yang berfungsi untuk pencapaian tujuan, membangkitkan: minat belajar, menarik perhatian, memusatkan perhatian, keterlibatan/partisipasi, memperjelas (menghadirkan hala-hal yang tidak dapat dihadirkan secara langsung), menghindari terlalu banyak verbalisasi (kata-kata secara lisan).

      Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah memberikan kemudahan untuk mendapatkan atau mengadakan (membeli atau membuat) media (alat, alat pereaga) untuk digunakan di Sekolah Minggu.

    • Model EVALUASI
  • PELAKSANAAN KBM (sudah dimulai sejak naradidik tiba di tempat ber-Sekolah Minggu)
    • Pendahuluan.
    • Mengajar – Belajar (materi-metode&media-evaluasi). Dalam dunia pendidikan sebelum masuk ke materi pembelajaran biasaya seorang pendidik akan ber- APRESEPSI (mengawali kegiatan/hal yang berhubungan dengan materi pembelajaran. Apresepsi dapat diumpamakan dengan suatu jembatan yang menghubungkan jalan yang satu (A) dengan jalan yang lain (B).
    • Penutup.
  • EVALUASI KBM (pencapaian tujuan, muatan materi, metode, media, bentuk evaluasi)


 

PROGRAM/KEGIATAN PENUNJANG bagi guru dan murid Sekolah Minggu……

Berbagai program/kegiatan perlu dilakukan

demi peningkatan pembinaan ber-Sekolah Minggu. Program/kegiatan dimaksud seperti mengikuti lokakarya, simposium, temu pengajar Sekolah Minggu,

temu anak – remaja Sekolah Minggu,

studi banding, dll.


 

PENGELOLAAN KEUANGAN ……..

pemasukan, pengelolaan, dan pengeluaran keuangan perlu dikelola secara baik,

sehingga dapat menunjang berbagai kegiatan ber-Sekolah Minggu.


 

KERJASAMA …………

Pengelolaan Sekolah Minggu bukanlah wadah yang tertutup tapi mesti terbuka.

Oleh karena itu kerjasama dengan berbagai pihak (institusi gereja, orang tua, warga gereja, orang-orang Kristen dari berbagai denominasi gereja).


 

EVALUASI…………

Demi pengembangan Sekolah Minggu, perlu diadakan evaluasi terhadap semua hal yang

telah dilakukan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman

bagi Sekolah Minggu, sehingga dapat merencanakan dan menetapkan

berbagai langkah pengelolaan menghadapi perubahan dunia yang tak dapat dihindari.


 

PENUTUP

Baik-buruknya Pengelolaan Sekolah Minggu akan turut mempengaruhi

Pembinaan iman Kristen bagi anak – dengan remaja Kristen/gereja yang adalah

generasi penerus Jemaat di masa yang akan datang.

Oleh karena itu Pengelolaan Sekolah Minggu mesti dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab oleh

Orang-orang yang terpanggil untuk bersekutu, melayani, dan bersaksi bersama anak-anak dan para remaja Kristen/Gereja.

Senin, 02 Maret 2009

Musik dalam Pendidikan Kristen

MUSIK DALAM PENDIDIKAN KRISTEN

(PENGGUNAAN NYANYIAN BERNUANSA KRISTEN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KRISTEN DI SEKOLAH)


 

Branckly E. Picanussa, S.Si, M.Th.LM


 

Pokok-Pokok Pikiran:

  • Musik merupakan media berekspresi yang universal. Hal ini terlihat dari bagaimana musik (baca: nyanyian) dijadikan sarana bagi berbagai pihak untuk menyampaikan ide atau gagagasan kepada orang lain untuk selanjutnya ide atau gagasan yang disampaikan diterima oleh orang lain dan bukan tidak mungkin akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari orang lain itu.
  • Sebagai bagian dari media berkespresi yang universal, Musik Gereja adalah rangkaian nada berirama dengan atau tanpai syair yang memiliki kekhasan. Dikatakan demikian karena Musik Gereja (baca: Nyanyian Gereja/Nyanyian bernuansa Kristen) adalah musik yang digunakan di dalam kehidupan persekutuan, pelayanan, dan kesaksian orang-orang Kristen. Melalui musik, seseorang atau suatu kelompok Kristen dapat menyampaikan dengan penuh keyakinan nilai-nilai kristiani dan bermanfaat bagi kemanusiaan dan alam semesta Ciptaan Allah. Dengan musik, seseorang atau suatu kelompok Kristen dapat mengungkapkan iman dan pengalamannya sebagai suatu bentuk pelayanan kepada persekutuannya maupun sebagai suatu kesaksian baik secara internal kristiani maupun secara eksternal kepada orang yang tidak seiman.
  • Pendidikan merupakan suatu usaha yang direncanakan dengan sengaja untuk merubah perilaku anak didik sesuai dengan tujuan tertentu. Pendidikan itu mencakup manusia secara menyeluruh, baik segi kognetif (pengetahuan), afektif (sikap), maupun psikomotor (ketrampilan). Atau dengan kata lain pendidikan mencakup suatu kegiatan dinamis yang dipengaruhi oleh seluruh aspek kehidupan setiap individu. Artinya melalui proses pendidikan kepribadian individu dikembangkan secara utuh, baik pengetahuan, sikap hidup maupun ketrampilan.
  • Pendidikan Kristen adalah pendidikan yang diselenggarakan dan/atau diawasi oleh Gereja bagi semua orang percaya dari segala golongan umur, mulai dari kandungan hingga menghadapi kematiannya, dari berbagai latar belakang fungsi dan pekerjaannya baik secara pribadi, dalam keluarga maupun di tengah masyarakat agar menjadi manusia yang beriman secara kualitas yang juga mewujud-nyatakan iman itu dalam seluruh hidup. Pendidikan Kristen yang paripurna - jikalau dapat dikatakan demikian - semestinya memberikan penekanan yang lebih kepada SQ sebagai dasar bagi pengembangan EQ dan IQ secara bertanggung jawab. Pendidikan Kristen sebagai salah satu bagian dari pendidikan yang ada di Indonesia merupakan suatu upaya sadar terencana yang dilakukan dan/atau diawasi oleh Gereja untuk membina dan mendewasakan orang-orang Kristen dalam iman kepada Allah secara baik dan benar sehingga orang-rang Kristen mampu untuk mengaplikasikan imannya dalam kehidupan di dunia ini.
  • Salah satu hal yang perlu mendapat perhatian untuk mencapai tujuan Pendidikan Kristen di segala aspek dan untuk segala usia adalah penggunaan media pembelajaran yang efektif. Bukanlah hal yang tidak mungkin jika melalui musik, dalam hal ini penggunaan nyanyian gereja/nyanyian yang bernuansa Kristen, tujuan Pendidikan Kristen (kognitif/afektif/psikomotr atau yang sekarang ini berkembang menjadi IQ, EQ, SQ) dalam suatu kelompok, termasuk di dalamnya adalah pembelajaran PAK di Sekolah-Sekolah Negeri ataupun yang dikelola oleh Yayasan Pendidikan Kristen, dapat dicapai secara efektif dan efisien. Melalui musik, bukan tidak mungkin, seorang pekerja Pendidikan Kristen (baca: Guru PAK) dapat mengajar anak-anak didikannya sehingga mereka belajar tentang iman atau materi pembelajaran Kristen.
  • Persoalannya sekarang adalah bagaimana penggunaan nyanyian gereja/bernuansa Kristen dilakukan dalam pembelajaran Pendidikan Kristen di Sekolah? Bagaimana nilai-nilai Pendidikan Kristen terinternalisasi di dalam nyanyian gereja/bernuansa Kristen? Apakah nyanyian gereja/bernuansa Kristen dapat ikut berperan dalam pendidikan Kristen dari segi kognitif/afektif/psikomotor/kecerdasan intelektual/emosional/spiritual orang-orang Kristen, termasuk di dalamnya guru PAK dan anak-anak didik yang beragama Kristen di Sekolah? Jika merujuk kepada sejarah Yunani kuno, musik telah dijadikan basic education bagi anak-anak dimana musik dianggap dapat memberikan landasan yang baik bagi kehidupan, maka pertanyaannya adalah benarkah musik (nyanyian gereja/bernuansa Kristen) dapat berperan cukup besar dalam upaya mencerdaskan orang-orang Kristen? Benarkah musik (nyanyian gereja/bernuansa Kristen) dapat memainkan peran yang efektif dalam pembelajaran PAK di Sekolah?
    The answer is YES.

MUSIK DALAM PENDIDIKAN KRISTEN

MUSIK DALAM PENDIDIKAN KRISTEN

(PENGGUNAAN NYANYIAN BERNUANSA KRISTEN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KRISTEN DI SEKOLAH)


 

Branckly E. Picanussa, S.Si, M.Th.LM


 

Pokok-Pokok Pikiran:

  • Musik merupakan media berekspresi yang universal. Hal ini terlihat dari bagaimana musik (baca: nyanyian) dijadikan sarana bagi berbagai pihak untuk menyampaikan ide atau gagagasan kepada orang lain untuk selanjutnya ide atau gagasan yang disampaikan diterima oleh orang lain dan bukan tidak mungkin akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari orang lain itu.
  • Sebagai bagian dari media berkespresi yang universal, Musik Gereja adalah rangkaian nada berirama dengan atau tanpai syair yang memiliki kekhasan. Dikatakan demikian karena Musik Gereja (baca: Nyanyian Gereja/Nyanyian bernuansa Kristen) adalah musik yang digunakan di dalam kehidupan persekutuan, pelayanan, dan kesaksian orang-orang Kristen. Melalui musik, seseorang atau suatu kelompok Kristen dapat menyampaikan dengan penuh keyakinan nilai-nilai kristiani dan bermanfaat bagi kemanusiaan dan alam semesta Ciptaan Allah. Dengan musik, seseorang atau suatu kelompok Kristen dapat mengungkapkan iman dan pengalamannya sebagai suatu bentuk pelayanan kepada persekutuannya maupun sebagai suatu kesaksian baik secara internal kristiani maupun secara eksternal kepada orang yang tidak seiman.
  • Pendidikan merupakan suatu usaha yang direncanakan dengan sengaja untuk merubah perilaku anak didik sesuai dengan tujuan tertentu. Pendidikan itu mencakup manusia secara menyeluruh, baik segi kognetif (pengetahuan), afektif (sikap), maupun psikomotor (ketrampilan). Atau dengan kata lain pendidikan mencakup suatu kegiatan dinamis yang dipengaruhi oleh seluruh aspek kehidupan setiap individu. Artinya melalui proses pendidikan kepribadian individu dikembangkan secara utuh, baik pengetahuan, sikap hidup maupun ketrampilan.
  • Pendidikan Kristen adalah pendidikan yang diselenggarakan dan/atau diawasi oleh Gereja bagi semua orang percaya dari segala golongan umur, mulai dari kandungan hingga menghadapi kematiannya, dari berbagai latar belakang fungsi dan pekerjaannya baik secara pribadi, dalam keluarga maupun di tengah masyarakat agar menjadi manusia yang beriman secara kualitas yang juga mewujud-nyatakan iman itu dalam seluruh hidup. Pendidikan Kristen yang paripurna - jikalau dapat dikatakan demikian - semestinya memberikan penekanan yang lebih kepada SQ sebagai dasar bagi pengembangan EQ dan IQ secara bertanggung jawab. Pendidikan Kristen sebagai salah satu bagian dari pendidikan yang ada di Indonesia merupakan suatu upaya sadar terencana yang dilakukan dan/atau diawasi oleh Gereja untuk membina dan mendewasakan orang-orang Kristen dalam iman kepada Allah secara baik dan benar sehingga orang-rang Kristen mampu untuk mengaplikasikan imannya dalam kehidupan di dunia ini.
  • Salah satu hal yang perlu mendapat perhatian untuk mencapai tujuan Pendidikan Kristen di segala aspek dan untuk segala usia adalah penggunaan media pembelajaran yang efektif. Bukanlah hal yang tidak mungkin jika melalui musik, dalam hal ini penggunaan nyanyian gereja/nyanyian yang bernuansa Kristen, tujuan Pendidikan Kristen (kognitif/afektif/psikomotr atau yang sekarang ini berkembang menjadi IQ, EQ, SQ) dalam suatu kelompok, termasuk di dalamnya adalah pembelajaran PAK di Sekolah-Sekolah Negeri ataupun yang dikelola oleh Yayasan Pendidikan Kristen, dapat dicapai secara efektif dan efisien. Melalui musik, bukan tidak mungkin, seorang pekerja Pendidikan Kristen (baca: Guru PAK) dapat mengajar anak-anak didikannya sehingga mereka belajar tentang iman atau materi pembelajaran Kristen.

Persoalannya sekarang adalah bagaimana penggunaan nyanyian gereja/bernuansa Kristen dilakukan dalam pembelajaran Pendidikan Kristen di Sekolah? Bagaimana nilai-nilai Pendidikan Kristen terinternalisasi di dalam nyanyian gereja/bernuansa Kristen? Apakah nyanyian gereja/bernuansa Kristen dapat ikut berperan dalam pendidikan Kristen dari segi kognitif/afektif/psikomotor/kecerdasan intelektual/emosional/spiritual orang-orang Kristen, termasuk di dalamnya guru PAK dan anak-anak didik yang beragama Kristen di Sekolah? Jika merujuk kepada sejarah Yunani kuno, musik telah dijadikan basic education bagi anak-anak dimana musik dianggap dapat memberikan landasan yang baik bagi kehidupan, maka pertanyaannya adalah benarkah musik (nyanyian gereja/bernuansa Kristen) dapat berperan cukup besar dalam upaya mencerdaskan orang-orang Kristen? Benarkah musik (nyanyian gereja/bernuansa Kristen) dapat memainkan peran yang efektif dalam pembelajaran PAK di Sekolah?

Selasa, 17 Februari 2009

INTERPRETASI MUSIK VOKAL

INTERPRETASI MUSIK VOKAL


Branckly E. Picanussa, S.Si, M.Th.LM


Musik vokal adalah musik yang dihasilkan oleh suara manusia. Penyajian suatu komposisi musik vokal akan lebih bermakna jika orang atau kelompok yang akan menyajikannya memahami dengan benar apa yang diinginkan oleh seorang komposer. Dengan memahami maksud dari komposer dan kemudian dikelolah dengan kemampuan penyaji atau para penyaji, maka akan menampilkan suatu penyajian musik vokal yang baik. Dalam hubungan dengan hal itu, maka interpretasi musik menjadi hal yang sangat penting untuk diketahui oleh para penyaji musik vokal.

Interpretasi musik merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk menerjemahkan atau menafsirkan dan membawakan suatu komposisi musik sesuai dengan atau menurut maksud komposer. Beberapa definisi berikut ini mendukung pendapat tersebut.

  • Interpretation in music means expressing the mood of the composition. Definisi ini menyatakan bahwa interpretasi dalam musik adalah suatu upaya untuk mengekspresikan suasana dari suatu komposisi, sehingga penyajiannya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh komposer.
  • Interpretation in music is merely the act of performance, with the implication that in it the performer's judgement and personality have a share. Just as there is no means by which a dramatist can so write his play as to indicate to the actors precisely how they shall speak his lines, so there is no means by which a composer can indicate to a performer the precise way in which his music is to be sung or played. Definisi kedua menyatakan bahwa interpretasi dalam musik adalah suatu tindakan menyajikan, dengan implikasi bahwa di dalamnya keperibadian dan
  • Rendering a musical composition according to one's idea of the author's intention.
  • give a clear and accurate rendition of what the composer wrote. ........
  • Interpretasi adalah penafsiran. Memainkan suatu komposisi dengan penghayatan menurut penafsiran pribadi pemain dalam menyesuaikan kehendak sang komponis.


Dalam hubungan dengan tahapan interpretasi di dalam musik, Chris Coetzee menyatakan bahwa:

Interpreting music takes place on three levels. Firstly, you must give a clear and accurate rendition of what the composer wrote. ... On a second level, interpretation means conforming to the stylistic norms and conventions associated with the music of a specific era. ... Lastly, the players' own emotions dictate the subtle nuances of the music he or she plays. Every musician strives to get behind the soul of the music and be able to relate in a meaningfull way with the composer.


Apa yang dikemukan oleh Chris Coetzee, sebenarnya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yakni composer interpretation dan players' own emotions interpretation. Interpretasi komposer (composer interpretation) merupakan upaya interpreter (orang yang melakukan interpretasi) untuk: (1) mengetahui dengan jelas dan tepat apa yang ditulis oleh komposer, apa yang diinginkan oleh komposer, apa yang menjadi maksud komposer; (2)

Untuk memperoleh hasil yang maksimal, maka baik composer interpretation maupun players' own emotions interpretation, perlu didahului dengan suatu analisis yang tepat. Dengan analisis yang tepat, maka kita dapat mengetahui dengan benar maksud dari seorang komposer. Berikut ini adalah beberapa langkah penting dalam analisis musik vokal.

  1. Menyelidiki komposer dan periodenya.
  2. Membaca atau memainkan atau menyanyikan komposisi musik dari awal sampai akhir untuk memperoleh kesan menyeluruh dari suatu komposisi musik. Sebaiknya hal ini dilakukan beberapa kali.

3. Gestalt approach:

  • Berapa jumlah birama dari komposisi musik yang akan dinyanyikan?
  • Bacalah komposisi secara menyeluruh, tandai bagian-bagian mayor dan juga minor, serta tandai juga kadens dari komposisi tersebut!
  • Temukanlah bagian dimana teks dan melodi saling mendukung satu dengan yang lain.
  • Catatlah kontras-kontras tekstur musikal dari komposisi.
  • Bacalah kembali komposisi yang akan analisis (untuk dinyanyikan) dari awal sampai akhir. Tandailah frase-frase yang panjang – catat nomor biramanya. Perhatikan juga tangga nada dan pergerakan harmoninya
  • Bacalah teks (syair). Buatlah terjemahannya jika teks ditulis dalam bahasa yang tidak dikenal oleh para penyanyi.
  • Tebalkan tanda-tanda dinamika yang diberikan oleh komposer untuk lebih memperjelas dimana terjadi ketegangan (tension) dan dimana terjadi ketenangan (relaxation) di dalam struktur-struktur frase (arsisthesis). Ingatlah keseluruhan hubungan-hubungan tekanan antara teks dan musik.
  • Perhatikanlah tanda-tanda dinamika yang mempengaruhi nuansa musik. Perhatikanlah tingkat intensitasnya dalam hubungan dengan frase-frase yang ada.
  • Bilamana belum ada tanda kecepatan tempo, tentukanlah tempo yang tepat dengan jalan memperhatikan dengan seksama komposisi tersebut (secara menyeluruh atau bagian) atau memeriksa koleksi-koleksi dari beberapa edisi
  • Tandailah pengulangan dan pengembangan melodi. Tandailah juga hal saling mempengaruhi (interplay) antara bagian-bagian suara dan instrumen pengiring.
  • Pengkodean warna tematik dan pengembangan musik (introduksi, pengembangan di dalam urutan, di dalam pengulangan, atau di dalam kedua-duanya)
  • Nyanyikanlah masing-masing suara dengan suara yang keras dan tandailah frase dari masing-masing suara dalam hubungan dengan pernafasan:
  1. bernafas penuh (full breath) pada akhir frase = /
  2. sedikit bernafas (half breath) untuk memperjelas arti dari teks di dalam suatu frase = '
  3. no breath taken. Bila memang penting, perlu juga tanda tertentu yang menyatakan bahwa di dalam kalimat bahasa terdapat tanda koma, tetapi dalam kalimat musik tidak = (')
  4. Bernafas secara bergiliran tapi tidak terdengar oleh para pendengar. Hal ini dapat digunakan pada frase-frase yang panjang.
  • Memperjelas artikulasi:
    • Perhatikanlah tanda tekanan teks secara agogik (agogic text stresses) atau tenuto ( _ dibagian atas notasi) atau aksen-aksen (>) yang terdapat pada bagian vokal atau instrumen pengiring
    • Perhatikanlah tanda staccato ( . ; titik di bawah atau di atas notasi), dan tanda-tanda artikulasi lainnya yang ada pada komposisi musik yang akan dinyanyikan
    • Mainkanlah iringan keyboard atau piano (kalau ada) dan perhatikanlah hubungan bagian-bagian suara dan bagian-bagian instrumental.
  • Bila ada bagian musik pengiring, bacalah bagian atau bagian-bagian musik pengiring secara terpisah. Tandailah frase, dinamika, artikulasi. Persiapkanlah saran-saran bagi pengiring
  • Tandailah penempatan huruf konsonan akhir dimana saat yang paling kritis yakni akhir dari suatu frase
  • Identifikasi hal-hal yang berhubungan dengan diksi: cara mengucapkan, pengucapan dengan jelas (enunciation), memperpanjang huruf-huruf hidup (a, o, u, e, dan i), bunyi diftong yang tepat
  • Konstruksikan suatu garis besar komposisi untuk suatu konseptualisasi umum dan untuk membantu dalam mengingat
  • Buatlah latihan-latihan ritmik dan latihan-latihan tonal yang dapat membantu proses belajar di dalam latihan.


Bahan-bahan Bacaan:

Harold A. Decker & Colleen J. Kirk, Choral Conducting Focus on Communication (USA: Waveland Press Inc., 1988)

Chris Coetzee, Piano: An Easy Guide to Reading Music, Playing Your First Piece, Enjoying Your Piano (United Kingdom: New Holland Publishers, 2003)

Joseph Kerman with Vivian Kerman, Listen Brief Edition (USA: Worth Publishers Inc., 1987)

Michael Aaron Piano Course, The Modern Approach to Piano Study Grade Three (Melville, N.Y: Belwin Mills Publishing Corp., t.t.)

Percy A. Scholes, The Concise Oxford Dictionary of Music (New York: London Oxford Univeristy Press, 1964)

Pono Banoe, Kamus Musik (Yogyakarta: Kanisius, 2003)

Royal Stanton, The Dynamic Choral Conductor (USA: Shawnee Press Inc., MCMLXXI)

Wido Ratmono, Seni Musik (Surabaya: Sinar Wijaya, 1986)

PERANAN PADUAN SUARA GEREJA

PERANAN PADUAN SUARA GEREJA

DALAM IBADAH JEMAAT PADA HARI MINGGU


Branckly Egbert Picanussa, S.Si, M.Th.LM

  • Kata "Paduan Suara" berasal dari kata bahasa Yunani, choros yang berarti a group of singers (suatu kumpulan para penyanyi) – yang menyanyikan bagian-bagian suara tertentu, misalnya S, A, T, B.
  • Paduan Suara Gereja adalah suatu kumpulan para penyanyi yang melayani Allah dan Jemaat-Nya melalui nyanyian dan perilaku hidup keseharian yang memuliakan Allah.

  • Ibadah Jemaat pada hari Minggu yang dimaksudkan di sini adalah saat dimana jemaat berkumpul dan secara bersama-sama ada dalam suatu pertemuan yang dinamis dengan Allah.

  • Paduan Suara Gereja (Unit/Sektor/Jemaat yang sejenis atau campuran) merupakan salah satu unsur dari Ibadah Jemaat pada hari Minggu yang kurang mendapat perhatian yang serius.

  • Beberapa permasalahan tentang Paduan Suara Gereja (Unit/Sektor/Jemaat apakah itu sejenis atau campuran) di dalam Ibadah Jemaat pada hari Minggu:
    • Kebanyakan paduan suara gereja belum mengetahui peranannya di dalam suatu ibadah;
    • Ada paduan suara gereja yang telah mengetahui peranannya tetapi belum berani melakukannya karena belum diberikan tempat yang semestinya oleh pimpinan jemaat atau jemaat;
    • Pimpinan Jemaat / Majelis Jemaat belum mengetahui peranan paduan suara dalam ibadah, sehingga kehadiran paduan suara dalam suatu ibadah hanyalah untuk menyanyikan nyanyian yang telah paduan suara latih di suatu tempat;
    • Seringkali, nyanyian yang dipersiapkan oleh paduan suara tidak sejalan dengan khotbah / tahun gerejawi / tematis ibadah jemaat;
    • Selama ini, paduan suara gereja yang terbentuk belum memiliki tujuan yang jelas. Umumnya, paduan suara gereja yang terbentuk hanyalah karena inisiatif beberapa orang yang ingin bernyanyi bersama. Lebih parah lagi jika membentuk paduan suara gereja namun tujuannya secular performance.

  • Peranan Paduan Suara Gereja dalam Ibadah Jemaat adalah:
    • Menyanyikan nyanyian jemaat BERSAMA Jemaat. Dalam hubungan dengan hal tersebut, beberapa hal berikut ini perlu mendapat perhatian dari pemimpin (atau procantor) dan anggota paduan suara:
      • paduan suara harus memperlihatkan kesukaan mereka yang sangat besar kepada nyanyian jemaat dan memberikan contoh yang baik untuk berpartisipasi dalam menyanyikan nyanyian jemaat. Melalui suara dan ekspresinya, paduan suara dapat memberikan dorongan/bimbingan kepada jemaat untuk dapat bernyanyi dengan mempergunakan suara dan ekspresi yang baik.
      • paduan suara harus memiliki hubungan/pergaulan yang baik dengan jemaat dalam hidup keseharian.
      • paduan suara dapat menolong procantor untuk mengajarkan suatu nyanyian jemaat yang kurang familiar atau yang tidak dikenal/diketahui oleh jemaat. Hal ini berarti, bahwa paduan suara sudah harus mengetahui nyanyian tersebut dengan baik.
      • paduan suara dapat juga mengajarkan suatu nyanyian baru dengan terlebih dahulu menyanyikannya sebagai suatu anthem. Nyanyian jemaat, bila diaransemen secara sekasama dan menarik akan menghasilkan suatu anthem yang sangat indah.
    • Menyanyikan nyanyian (anthem, kantata untuk masa-masa tertentu) yang telah mereka latih. Dalam hubungan dengan hal ini, sebaiknya nyanyiannya mendukung khotbah/berhubungan dengan khotbah/tahun gerejawi
    • Menyanyikan salah satu atau beberapa nyanyian yang berhubungan dengan liturgical actions: panggilan untuk beribadah, panggilan untuk mengaku dosa, atau doa sebelum khotbah.

  • Beberapa variasi dalam menyanyikan nyanyian jemaat:
    • Unisono
    • Dua Suara (harmoni terikat/bebas/filling harmony)
    • Tiga Suara (harmoni terikat/bebas/filling harmony)
    • Empat Suara (harmoni terikat/bebas/filling harmony)
    • Laki-laki menyanyikan melodi
    • Perempuan menyanyikan melodi
    • Solo menyanyikan melodi diiringi dengung harmoni paduan suara
    • Alto, Tenor, Bas menyanyikan melodi sementara sopran menyanyikan diskan
    • Sopran dan tenor menyanyikan parts mereka sehingga kedengaran seperti duet.
    • Laki-laki menyanyikan melodi, Alto menyanyikan parts-nya, sedangkan sopran menyanyikan parts tenor satu oktav lebih tinggi.
    • Kwartet, Trio, Duet, Solo
    • Solo atau Satu Kelompok menyanyikan melodi dengan variasi harmonisasi oleh musik pengiring
    • Satu atau lebih ayat dinyanyikan di dalam parts oleh laki-laki atau perempuan
    • Modulasi naik atau turun
    • mengubah dari mayor ke minor, atau sebaliknya
    • Variasi nyanyian-nyanyian aklamasi: Salam, Amin, Haleluya, Hosiana, Maranatha, Berkat
    • Menyanyikan bagian kitab Mazmur secara variatif
    • Menyanyikan unsur-unsur liturgi lainnya seperti Pengakuan Iman, Doa Bapa Kami secara variatif.
    • Canon (menyanyikan melodi yang sama, namun saat memulai diatur sedemikian rupa sehingga harmoni tetap terjamin)
    • Bernyanyi secara ostinato (ostinato: suatu motif, frase, atau tema yang diulang-ulang pada nada yang sama)
    • Mendengung + Free Entrance (dengan melodi yang sama atau bisa juga berbeda)
    • Mendengung + Ostinato + Free Entrance (dengan melodi yang sama atau bisa juga berbeda)
    • Responsoris: menyanyikan nyanyian secara berbalas-balasan antara pemimpin dan umat (seorang solis dengan orang banyak)
    • Antifonal: menyanyian nyanyian secara berbalasa-balasan antara dua kelompok atau lebih, misalnya bagian kiri dan kanan jemaat, atau kiri dan kanan paduan suara, atau kiri dan kanan jemaat + paduan suara
    • Antifonal dengan Respons (nyanyian-nyanyian dengan refrein/koor)
    • Alternatim: menyanyikan bait-bait nyanyian secara bergantian. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menyanyikan sejumlah bait nyanyian jemaat secara bergantian, yakni:
      • jemaat laki-laki (satu/dua/tiga/empat suara) --- perempuan (satu/dua/tiga/empat suara) atau sebaliknya
      • jemaat bagian kiri (satu/dua/tiga/empat suara) --- kanan (satu/dua/tiga/empat suara) atau sebaliknya
      • jemaat orang dewasa (satu/dua/tiga/empat suara) --- anak-anak (satu/dua/tiga suara) atau sebaliknya
      • jemaat di balkon (satu/dua/tiga/empat suara) --- di bawah (satu/dua/tiga/empat suara) atau sebaliknya
      • jemaat (satu/dua/tiga/empat suara) --- paduan suara (saty/dua/tiga/empat suara) atau sebaliknya
      • solis atau vocal group/duet/trio/kwartet, jemaat (satu/dua/tiga/empat suara) --- musik instrumental
      • instrumental --- jemaat (satu/dua/tiga/empat suara) --- paduan suara (satu/dua/tiga/empat suara)--- jemaat (satu/dua/tiga/empat suara) --- solo --- instrumental
    • Resitatif: setengah bernyanyi
    • Pengembangan variasi yang lain


  • Beberapa Saran pengembangan:
    • Setiap PSG harus mengetahui peranannya dalam suatu ibadah jemaat
    • Perlu ditetapkan suatu hari untuk latihan bersama dengan para pelayan musik khusus (procantor, musik pingiring, musik pendukung lainnya)
    • Latihan secara teratur, sekalipun pada hari Minggu tidak menyanyi di gereja. Tahapan-tahapan dalam latihan perlu direncanakan dengan baik.
    • Latihan tidak hanya lagu yang akan dinyanyikan oleh paduan suara saja, tetapi juga lagu-lagu yang akan dinyanyikan dalam ibadah atau nyanyian-nyanyian jemaat lainnya.
    • Penempatan PSG di dalam gedung gereja perlu memperhatikan peranannya
    • PSG perlu ditata secara baik dalam suatu organisasi
    • Pemimpin PSG bekerjasama dengan pendeta dalam memilih nyanyian sehingga nyanyian mendukung ibadah
    • Jadwal PSG yang bertugas
    • PSG yang bertugas datang lebih awal dari jemaat
    • Nyanyian diserahkan minimal 1 hari sebelum ibadah dimulai
    • Jika belum ada procantor, maka pemimpin paduan suara (dirigen) dapat bertindak sebagai procantor
    • Regenerasi/kaderisasi anggota PSG perlu dilakukan sejak dini. Untuk mendapatkan suatu PSG yang baik perlu memperhatikan persyaratan personal dan musikal
    • PSG dapat juga menyanyi dengan diiringi alat musik (tradisional, modern)


  • Demikianlah beberapa hal yang berhubungan dengan peranan paduan suara dalam suatu ibadah jemaat pada hari Minggu. Semoga bermanfaat bagi pembaca yang budiman. God Bless You!

Sumber-Sumber:

Bartel, Judy., Christian Worship (Philippines: ICI Ministries Inc., 2001).

Berkley, James D., Gen. Ed., Leadership Handbook of Preaching and Worship (Philippines: Christian Literature Crusade, 2002).

Connolly, Michael., The Paris Cantor (Chicago: GIA Publications, 1991)

Delamont, Vic., The Ministry of Music In the Church (Chicago: Moody Press, 1980)

Hibbert, Mike Viv., Pelayanan Musik (Yogyakarta: Yayasan Andi, 1988)

Lang, Jovian P., Dictionary of The Liturgy (New York: Catholic Book Publishing Co., 1989)

Lovelance, Austin C., and William C. Rice, Music and Worship in the Church (Nashville: Abingdon Press, 1976).

Morris., David, A Life Style of Worship (California: Renew Books A Division of Gospel Light, 1998)

Picanussa, Branckly E., A Creative Ordering of Music in the Sunday Worship of Petra Kamal-Congregation: A Pastoral Application of Creative Liturgy (Thesis, Philippines: AILM, 2004)

Sumrall, Beverley Anne., Singing in The Choir (Mandaluyong: OMF Literature Inc., 1993).

Sydnor, James Rawlings, Hymns and Their Uses: A Guide to Improved Congregationan Singing (USA: Agape, 1982)

Sheldon, Robin., (ed.), In Spirit and In Truth: Exploring direction in music in worship today (London: Hodder & Stoughton, 1932)

Webber, Robert E., Ed., The Complete Library of Christian Worship: Music and the Arts in Christian Worship (Nashville – Tennessee: t.t.).

Senin, 16 Februari 2009

UNSUR MUSIK DALAM IBADAH MUDA-MUDI

UNSUR MUSIK DALAM IBADAH MUDA-MUDI

Branckly Egbert Picanussa, S.Si, M.Th.LM

  • Ibadah Muda-Mudi, secara luas, dapat diartikan sebagai suatu perayaan iman kristiani, yakni pertemuan antara Allah dengan para pemuda dan para pemuda dengan Allah dan sesama dalam seluruh aktivitas kehidupan. Sementara Ibadah Muda-Mudi, secara sempit, dapat diartikan sebagai suatu bentuk kebaktian laki-laki dan perempuan usia antara 17-45 tahun yang dilaksanakan pada hari dan jam tertentu (Bnd. J.L.Ch. Abineno: Ibadah Jemaat).
  • Musik Gereja merupakan hal yang unik karena isinya sarat dengan pernyataan iman kristiani. Musik Gereja adalah salah satu media yang digunakan oleh orang-orang Kristen untuk mengekspresikan imannya kepada Allah. Musik Gereja adalah musik yang spesifik diciptakan untuk dipergunakan di dalam gereja, yang dipergunakan untuk beribadah (Bnd. Christina Mandang: "Musik Gereja dan Liturgi: Nyanyian Jemaat dalam Ibadah"). Oleh karena musik merupakan unsur dari ibadah, maka musik harus dapat membantu orang dalam beribadah, yakni berjumpa dengan Allah dan sesamanya.
  • Musik merupakan salah satu unsur yang mungkin saja tidak bisa dipisahkan dari ibadah - muda-mudi - ; musik merupakan hal yang hakiki bagi para pengibadah; musik dapat mempersatukan para pengibadah, musik dapat mempengaruhi emosi para pengibadah, dll. Bahkan, oleh Judson Cornwal, worship expands through music (Judson Cornwall: Elements of Worship). Sehubungan dengan hal ini, perlu juga untuk diperhatikan bahwa, sebagai unsur dari ibadah, maka musik merupakan media bagi pemuda-pemudi untuk memperkuat persekutuan, mengembangkan pelayanan, dan meningkatkan kesaksian, baik secara internal maupun eksternal.
  • Musik di dalam ibadah, termasuk di dalamnya Ibadah Pemuda, dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yakni: musik vokal – dalam hal ini bernyanyi dan juga nyanyian, musik instrumental (alat-alat musik pengiring nyanyian, misalnya gitar, keyboard, suling bambu, brass instrument, alat-alat musik tradisional, dll.), serta gabungan musik vokal dan instrumental.
  • Beberapa hal berikut ini perlu diperhatikan dengan baik bilamana hendak melakukan pengembangan musik di dalam Ibadah Muda-Mudi (Bnd. Paul Basden: The Worship Maze: Finding a Style to Fit Your Church):
    • Mengapa musik penting?
      • Musik dapat menyentuh berbagai suasana emosi manusia
      • Musik mampu bertahan lama di dalam ingatan kita. Kita sering lebih mudah mengingat apa yang kita nyanyikan dari pada apa yang kita katakana.
    • Tujuan bermusik:
      • Memuji Allah
      • Tindakan Doa
      • Media Pembelajaran Iman
      • Pengakuan Iman
      • Partisipasi aktif para pengibadah

      Secara singkat dapat dikatakan bahwa tujuan bermusik adalah KDM atau Koinonia, Diakonia, Marturia

    • Tipe Musik:
      • Mazmur – merujuk kepada Kitab Mazmur dan juga nyanyian-nyanyian kristiani sekarang ini yang berdasar pada Kitab Mazmur.
      • Nyanyian Pujian – kepada Allah karena kasih karunia dan kebaikan-Nya. Bentuk komposisi dari tipe musik ini merefleksikan berbagai tema kehidupan Kristen, misalnya penciptaan, penebusan, kebangkitan, gereja, dll.; contoh Joyful, Joyful, We Adore Thee; For the Beauty of the Earth
      • Nyanyian Rohani – untuk saat ini kemungkinan termasuk di dalamnya adalah gospel hymns, Negro spirituals, dan Nyanyian-nyanyian pujian sekarang ini yang emosionali serta cenderung human centered, experience oriented dan subjective; contoh nyanyian rohani popular: Just As I Am, God is So Good
    • Berbagai pertimbangan ketika memilih musik
      • sesuai dengan tujuan
      • mendekatkan pengibadah dengan Allah, sesama, dan dunia tempat berpijak
      • keseimbangan: objektif – subjektif, familiar and less familiar music
      • pengajaran dan pengalaman iman kristiani

      Sehubungan dengan hal tersebut beberapa hal berikut perlu juga diperhatikan:

      • liturgical year/theme – tema/tahun liturgi
      • participation of the whole congregation – partisipasi seluruh jemaat yang hadir di dalam ibadah
      • choir or singers – paduan suara atau kelompok penyanyi
      • songs: melody and lyrics – nyanyian : syair dan melodi
        • melody:
          • singable for congregation – dapat dinyanyikan dengan mudah oleh jemaat
          • support the content of the song – mendukung isi nyanyian
          • support lyrics of songs in liturgical service – mendukung syair dari nyanyian yang digunakan di dalam ibadah jemaat
        • text:
          • doctrinally sound –bernuansa pengajaran iman Kristen yang diajarkan oleh gereja
          • theological basis – memiliki dasar teologi yang benar
      • musical instruments – alat-alat musik, termasuk di dalamnya para pemain alat-alat musik
      • presiders – pemimpin ibadah
      • venue or place of the liturgical service – tempat ibadah
        (Branckly E. Picanussa: "A Creative Ordering of Music in The Sunday Liturgical Service of Petra Kamal Congregation: A Pastoral Application of Creative Liturgy")
  • Demikianlah beberapa hal yang berhubungan dengan unsur musik di dalam Ibadah Pemuda. Semoga dapat diaktualisasikan di dalam peribadahan muda-mudi.

ALAT PERAGA DI SEKOLAH MINGGU

ALAT PERAGA:ALAT BANTU KBM di Sekolah Minggu

Branckly Egbert Picanussa, S.Si, M.Th.LM

  • Kegiatan Belajar-Mengajar (KBM) di Sekolah Minggu (SM) pada dasarnya merupakan suatu aktivitas komunikasi edukatif kristiani dari berbagai komponen antara lain pengasuh dan anak-anak SM. Agar KBM di SM-TPI dapat berjalan dengan baik, sangat diperlukan berbagai alat penunjang. Salah satu di antaranya, yang sampai dengan saat ini menjadi pergumulan banyak guru SM adalah alat peraga.
  • Alat peraga di Sekolah Minggu merupakan alat bantu yang dipergunakan oleh para pengasuh untuk mengkomunikasikan iman Kristen kepada anak-anak. Selain sebagai alat bantu, alat peraga di Sekolah Minggu merupakan alat beraktivitas dalam rangka mengkomunikasikan pendidikan kristiani. Kehadiran alat peraga dalam suatu KBM/PBM di Sekolah Minggu memiliki beberapa fungsi antara lain: untuk pencapaian tujuan, membangkitkan minat belajar, menarik perhatian, memusatkan perhatian, keterlibatan/partisipasi, memperjelas (menghadirkan hala-hal yang tidak dapat dihadirkan secara langsung), menghindari terlalu banyak verbalisasi (kata-kata secara lisan).
  • Pengelompokkan AP. Alat peraga di Sekolah Minggu dapat dikelompokkan menjadi alat peraga alamiah dan non-alamiah. Alat peraga alamiah adalah alat peraga yang telah Allah Ciptakan, misalnya bulan, bintang, matahari, berbagai tumbuhan dan binatang, manusia, dll. Sedangkan alat peraga non-alamiah adalah alat peraga yang dibuat oleh manusia, misalnya berbagai gambar, media elektronik, media masa, kreativitas, dll.
  • Pengadaan AP. Selain mempergunakan alat peraga almiah, para pengasuh di Sekolah Minggu dapat juga memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengadakan atau membuat alat peraga, dan mengembangkan berbagai kreativitas sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Dalam hubungan dengan hal tersebut, maka pemilihan dan/atau pengadaan alat peraga di Sekolah Minggu perlu mempertimbangkan beberapa hal, antara lain: tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, siapa yang akan diajar, keterlibatan/partisipasi murid Sekolah Minggu, perubahan apa yang ingin dicapai dari pembelajaran (pengetahuan, sikap, keterampilan), kegiatan murid Sekolah Minggu (mendengar, melihat, berpikir, berbuat), ketersediaan/kemudahan memperoleh media pembelajaran, waktu, metode, kemampuan/keterampilan guru SM dalam mempergunakan alat peraga.
  • Demikianlah beberapa hal yang dapat saya sampaikan pada kesempatan ini, semoga bermanfaat di dalam pelayanan para guru SM di Jemaat. Tuhan Yesus, Sang Guru Agung, memberkati.


NYANYIAN GEREJA DI SEKOLAH MINGGU

NYANYIAN GEREJA DI SEKOLAH MINGGU

Branckly Egbert Picanussa, S.Si, M.Th.LM

“Nyanyian dan musik gerejawi merupakan unsur yang amat penting dalam kehidupan kerohanian dan peribadahan umat Kristen di segala abad dan jaman”[1]

  • Pernyataan tersebut memiliki hubungan yang erat dengan kesaksian-kesaksian yang tertulis di dalam Alkitab dan seharusnya mendapat perhatian yang serius dari setiap orang Kristen. Dengan kata lain, musik pada umumnya dan nyanyian gereja pada khususnya merupakan hal yang penting dalam kehidupan bergereja (orang-orang Kristen). Melalui musik orang-orang Kristen dapat mengekspresikan persekutuan, pelayanan, dan kesaksiannya.[2] Musik dalam kehidupan orang-orang Kristen dapat timbul secara spontan[3] atau dipersiapkan (ditulis, digubah), dilatih sebelum ditampilkan[4]. Orang-orang Kristen dapat bernyanyi secara solo[5] atau bersama (antifonal atau responsorial)[6] dengan diiringi atau tidak diiringi alat-alat musik.[7] Orang-orang Kristen dapat bermusik sambil menari.[8] Selain itu, orang-orang Kristen dalam kehidupan bergereja harus bermusik dengan sungguh-sungguh melibatkan hati, roh, tubuh, dan pikirannya.[9]
  • Bernyanyi merupakan salah satu kegiatan yang disenangi oleh anak-anak di Sekolah Minggu . Melalui kegiatan menyanyikan nyanyian-nyanyian gereja anak-anak di Sekolah Minggu dapat juga menghayati iman Kristen. Terkait dengan hal ini, baiklah kita mengingat apa yang disampaikan oleh Plato bahwa anak-anak harus diberikan musik yang berisi.[10] Itu berarti bahwa musik, dalam hal ini nyanyian gereja, yang digunakan/dinyanyikan di Sekolah Minggu harus memiliki nilai-nilai kristiani.
    Nyanyian gereja, sebagai bagian dari musik gereja, dapat diartikan sebagai rangkaian nada bersyair kristiani yang digunakan dalam kehidupan persekutuan, pelayanan, dan kesaksian iman Kristen oleh gereja.
  • Dalam suratnya kepada Jemaat di Korintus, Paulus menyampaikan hal yang menarik dalam hubungan dengan nyanyian gereja. Paulus berkata tentang hal bernyanyi dengan akal budi[11] (pengetahuan: mengetahui apa yang dinyanyikan, baik teks maupun musik). Oleh karena itu, nyanyian gereja harus memiliki teks dan musik yang dapat dipertanggungjawabkan, sehingga orang yang menyanyikannya mengetahui apa yang dia ekspresikan/nyanyikan.
  • Teks merupakan aspek yang sangat penting dari suatu nyanyian.[12] Oleh karena itu, teks-teks nyanyian gereja haruslah mendapat perhatian yang serius, karena dia memiliki makna. Dalam kaitan dengan hal tersebut, beberapa hal berikut perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak yang terlibat, baik langsung maupun tidak langsung, dalam memilih/membuat nyanyian-nyanyian yang akan dinyanyikan di gereja pada umumnya dan di Sekolah Minggu secara khusus, yakni:

    - kebenaran teologi/alkitabiah/dogma (tidak abstrak bagi anak-anak)
    - bahasa yang dapat dimengerti oleh orang-orang (anak-anak) yang menyanyikannya
    - bersifat oikumnis (dapat dinyanyikan oleh semua orang/anak dari berbagai denominasi gereja)
    - konteks (dalam situasi/kegiatan apa orang/anak menyanyikannya)
  • Selain kata-kata dari sebuah nyanyian, melodi merupakan aspek yang juga penting dari suatu nyanyian.[13] Melodi sebuah nyanyian gereja sebaiknya dapat dinyanyikan oleh jemaat. Dengan kata lain melodi nyanyian gereja tidak sulit. Selain itu juga melodi sebuah nyanyian gereja sebaiknya mendukung isi atau teks nyanyian.
  • Kenyataan membuktikan bahwa para pengasuh Sekolah Minggu menggunakan lebih dari satu sumber/buku nyanyian sebagai penunjang kegiatan kepengasuhannya. Hal tersebut patut mendapat pujian. Namun, ada baiknya para pengasuh juga bijaksana dalam memilih nyanyian dengan memperhatikan beberapa hal tersebut di atas agar nyanyian-nyanyian yang dinyanyikan memainkan peran edukatif kristianinya.

    Contoh Nyanyian Gereja yang sering dinyanyikan di Sekolah Minggu:
    1. Kalau Tuhan tolong saya. tepuk tangan
    Kalau Tuhan tolong saya, tepuk tangan
    Kalau Tuhan tolong saya dan hidup saya bahagia
    Kalau Tuhan tolong saya, tepuk tangan

    Melodi dari lagu tersebut (2) sebenarnya diambil dari lagu berikut ini:

    Hati-hati gunakan tanganmu (2X)
    Allah Bapa di surga melihat kita semua
    Hati-hati gunakan tanganmu[15]

    Entah kapan dan oleh siapa kata-kata lagu Hati-hati, TANGANKU (Oh, Be Careful) ini digantikan, kita tidak mengetahuinya. Yang jelas, orang yang menggantikan kata-kata lagu tersebut tidaklah bertanggung jawab, karena telah menghilangkan makna sebenarnya dari lagu yang aslinya. Jika kita menelaah kembali kata-kata yang digantikan maka memberikan pembelajaran yang keliru (Kalau Tuhan tolong saya, tepuk tanganKalau Tuhan tolong saya dan hidup saya bahagiaKalau Tuhan tolong saya, tepuk tangan). Dari syairnya, maka pemaknaan dari nyanyian tersebut adalah kalau kita tidak bertepuk tangan itu berarti Tuhan tidak menolong kita.
Perhatikanlah lagu berikut ini!

2. Haleluya, Haleluya, Haleluya
Haleluya, Haleluya, Haleluya
Puji Tuhan
Puji Tuhan, Haleluya
Puji Tuhan, Haleluya
Puji Tuhan, Haleluya
Puji Tuhan

3. Kidung Perjanjian Baru
Matius, Markus, Lukas, Yohanes,
Kisah Rasul, Roma, Korintus, ……………
  • Kata-kata dari contoh lagu nomor 2 dan 3 adalah contoh lagu-lagu yang memiliki kata-kata yang dapat dipertanggungjawabkan dalam rangka menanamkan nilai-nilai iman kristiani.
  • Dalam pelaksanaan di Sekolah Minggu sebaiknya para guru memperhatikan dengan baik melodi dan juga syair dari lagu yang akan dinyanyikan sehingga tidak terjadi kekeliruan di dalam pembelajaran iman Kristen. Selain itu, para guru Sekolah Minggu juga sebaiknya melakukan berbagai variasi yang tertanggungjawab dalam menyanyikan nyanyian gereja sehingga tidak membosankan. Beberapa variasi berikut dapat dilakukan: antifonal, responsorial, kanon, gerakan, tepuk tangan, mengganti kata, alat peraga, kelompok, dll.

[1] J.M. Pattiasina dalam Pengantar Pelengkap Kidung Jemaat (Jakarta: Yamuger, 1999)
[2] Bnd. Kel 15:1 dst.; Bil 21:17; 2 Sam 22:1, 50; 1 Taw 16:7; 2 Taw 23: 18; Neh 11:22; Maz 13:6; 42:8; Luk 1: 46-55, 68-79; 2:29-32; KPR 16:25.
[3] Bnd. Kel 15:1ff; Luk 1:46-55
[4] Bnd. Ul 31; 1 Rj 4:32; 1 Taw 25:7; 2 Taw 35:25
[5] Bnd. 2 Sam 22:1 dst.., Luk 1: 46-55, 68-79; 2:29-32.
[6] Bnd. Kel 15:1 dst.; Bil 21:17; Hak 5:1 dst.; 1 Sam 21:11; 1 Taw 6:31,32; 16:7 dst.; 2 Taw 23:18; 20:22; 35:25; Ez 3:11; Neh 11:22; 12:42; Maz 13; 87:7; Mat 26:30 // Mar 14:26; KPR 16:25; Ef 5:19; Kol 3:16.
[7] Band. Kel 15:20-21; 1 Sam 18:6; 1 Taw 13:8; 15:16,19; 25:6; 2 Taw 5:13; 23:13; 29:27; Neh 12:27; Maz 4; 5; 47:2.
[8] Maz 87:7; 1 Taw 13:8.
[9] Maz 33:3; 71:23; 1 Kor 14:15
[10] sebagaimana dikutik oleh Sunarto, editor, Musik Seni Barat dan Sumber Daya Manusia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm. xix
[11] 1 Kor 14:15
[12] Becky Maceda, The Music of Worship: Pleasing God or Pleasing Oursleves? In Faith Walk A Christian digest Vol. 3 No. 1 (Philippines: Communion of Christian ministries, 2003), hlm. 23
[13] Maceda, Loc. cit.
[14] Pencipta lagu ini tidak diketahui sebagaimana terdapat di dalam Buku Lagu Kidung Ceria (Jakarta: Yamuger, 1996), 205.