Senin, 16 Februari 2009

NYANYIAN GEREJA DI SEKOLAH MINGGU

NYANYIAN GEREJA DI SEKOLAH MINGGU

Branckly Egbert Picanussa, S.Si, M.Th.LM

“Nyanyian dan musik gerejawi merupakan unsur yang amat penting dalam kehidupan kerohanian dan peribadahan umat Kristen di segala abad dan jaman”[1]

  • Pernyataan tersebut memiliki hubungan yang erat dengan kesaksian-kesaksian yang tertulis di dalam Alkitab dan seharusnya mendapat perhatian yang serius dari setiap orang Kristen. Dengan kata lain, musik pada umumnya dan nyanyian gereja pada khususnya merupakan hal yang penting dalam kehidupan bergereja (orang-orang Kristen). Melalui musik orang-orang Kristen dapat mengekspresikan persekutuan, pelayanan, dan kesaksiannya.[2] Musik dalam kehidupan orang-orang Kristen dapat timbul secara spontan[3] atau dipersiapkan (ditulis, digubah), dilatih sebelum ditampilkan[4]. Orang-orang Kristen dapat bernyanyi secara solo[5] atau bersama (antifonal atau responsorial)[6] dengan diiringi atau tidak diiringi alat-alat musik.[7] Orang-orang Kristen dapat bermusik sambil menari.[8] Selain itu, orang-orang Kristen dalam kehidupan bergereja harus bermusik dengan sungguh-sungguh melibatkan hati, roh, tubuh, dan pikirannya.[9]
  • Bernyanyi merupakan salah satu kegiatan yang disenangi oleh anak-anak di Sekolah Minggu . Melalui kegiatan menyanyikan nyanyian-nyanyian gereja anak-anak di Sekolah Minggu dapat juga menghayati iman Kristen. Terkait dengan hal ini, baiklah kita mengingat apa yang disampaikan oleh Plato bahwa anak-anak harus diberikan musik yang berisi.[10] Itu berarti bahwa musik, dalam hal ini nyanyian gereja, yang digunakan/dinyanyikan di Sekolah Minggu harus memiliki nilai-nilai kristiani.
    Nyanyian gereja, sebagai bagian dari musik gereja, dapat diartikan sebagai rangkaian nada bersyair kristiani yang digunakan dalam kehidupan persekutuan, pelayanan, dan kesaksian iman Kristen oleh gereja.
  • Dalam suratnya kepada Jemaat di Korintus, Paulus menyampaikan hal yang menarik dalam hubungan dengan nyanyian gereja. Paulus berkata tentang hal bernyanyi dengan akal budi[11] (pengetahuan: mengetahui apa yang dinyanyikan, baik teks maupun musik). Oleh karena itu, nyanyian gereja harus memiliki teks dan musik yang dapat dipertanggungjawabkan, sehingga orang yang menyanyikannya mengetahui apa yang dia ekspresikan/nyanyikan.
  • Teks merupakan aspek yang sangat penting dari suatu nyanyian.[12] Oleh karena itu, teks-teks nyanyian gereja haruslah mendapat perhatian yang serius, karena dia memiliki makna. Dalam kaitan dengan hal tersebut, beberapa hal berikut perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak yang terlibat, baik langsung maupun tidak langsung, dalam memilih/membuat nyanyian-nyanyian yang akan dinyanyikan di gereja pada umumnya dan di Sekolah Minggu secara khusus, yakni:

    - kebenaran teologi/alkitabiah/dogma (tidak abstrak bagi anak-anak)
    - bahasa yang dapat dimengerti oleh orang-orang (anak-anak) yang menyanyikannya
    - bersifat oikumnis (dapat dinyanyikan oleh semua orang/anak dari berbagai denominasi gereja)
    - konteks (dalam situasi/kegiatan apa orang/anak menyanyikannya)
  • Selain kata-kata dari sebuah nyanyian, melodi merupakan aspek yang juga penting dari suatu nyanyian.[13] Melodi sebuah nyanyian gereja sebaiknya dapat dinyanyikan oleh jemaat. Dengan kata lain melodi nyanyian gereja tidak sulit. Selain itu juga melodi sebuah nyanyian gereja sebaiknya mendukung isi atau teks nyanyian.
  • Kenyataan membuktikan bahwa para pengasuh Sekolah Minggu menggunakan lebih dari satu sumber/buku nyanyian sebagai penunjang kegiatan kepengasuhannya. Hal tersebut patut mendapat pujian. Namun, ada baiknya para pengasuh juga bijaksana dalam memilih nyanyian dengan memperhatikan beberapa hal tersebut di atas agar nyanyian-nyanyian yang dinyanyikan memainkan peran edukatif kristianinya.

    Contoh Nyanyian Gereja yang sering dinyanyikan di Sekolah Minggu:
    1. Kalau Tuhan tolong saya. tepuk tangan
    Kalau Tuhan tolong saya, tepuk tangan
    Kalau Tuhan tolong saya dan hidup saya bahagia
    Kalau Tuhan tolong saya, tepuk tangan

    Melodi dari lagu tersebut (2) sebenarnya diambil dari lagu berikut ini:

    Hati-hati gunakan tanganmu (2X)
    Allah Bapa di surga melihat kita semua
    Hati-hati gunakan tanganmu[15]

    Entah kapan dan oleh siapa kata-kata lagu Hati-hati, TANGANKU (Oh, Be Careful) ini digantikan, kita tidak mengetahuinya. Yang jelas, orang yang menggantikan kata-kata lagu tersebut tidaklah bertanggung jawab, karena telah menghilangkan makna sebenarnya dari lagu yang aslinya. Jika kita menelaah kembali kata-kata yang digantikan maka memberikan pembelajaran yang keliru (Kalau Tuhan tolong saya, tepuk tanganKalau Tuhan tolong saya dan hidup saya bahagiaKalau Tuhan tolong saya, tepuk tangan). Dari syairnya, maka pemaknaan dari nyanyian tersebut adalah kalau kita tidak bertepuk tangan itu berarti Tuhan tidak menolong kita.
Perhatikanlah lagu berikut ini!

2. Haleluya, Haleluya, Haleluya
Haleluya, Haleluya, Haleluya
Puji Tuhan
Puji Tuhan, Haleluya
Puji Tuhan, Haleluya
Puji Tuhan, Haleluya
Puji Tuhan

3. Kidung Perjanjian Baru
Matius, Markus, Lukas, Yohanes,
Kisah Rasul, Roma, Korintus, ……………
  • Kata-kata dari contoh lagu nomor 2 dan 3 adalah contoh lagu-lagu yang memiliki kata-kata yang dapat dipertanggungjawabkan dalam rangka menanamkan nilai-nilai iman kristiani.
  • Dalam pelaksanaan di Sekolah Minggu sebaiknya para guru memperhatikan dengan baik melodi dan juga syair dari lagu yang akan dinyanyikan sehingga tidak terjadi kekeliruan di dalam pembelajaran iman Kristen. Selain itu, para guru Sekolah Minggu juga sebaiknya melakukan berbagai variasi yang tertanggungjawab dalam menyanyikan nyanyian gereja sehingga tidak membosankan. Beberapa variasi berikut dapat dilakukan: antifonal, responsorial, kanon, gerakan, tepuk tangan, mengganti kata, alat peraga, kelompok, dll.

[1] J.M. Pattiasina dalam Pengantar Pelengkap Kidung Jemaat (Jakarta: Yamuger, 1999)
[2] Bnd. Kel 15:1 dst.; Bil 21:17; 2 Sam 22:1, 50; 1 Taw 16:7; 2 Taw 23: 18; Neh 11:22; Maz 13:6; 42:8; Luk 1: 46-55, 68-79; 2:29-32; KPR 16:25.
[3] Bnd. Kel 15:1ff; Luk 1:46-55
[4] Bnd. Ul 31; 1 Rj 4:32; 1 Taw 25:7; 2 Taw 35:25
[5] Bnd. 2 Sam 22:1 dst.., Luk 1: 46-55, 68-79; 2:29-32.
[6] Bnd. Kel 15:1 dst.; Bil 21:17; Hak 5:1 dst.; 1 Sam 21:11; 1 Taw 6:31,32; 16:7 dst.; 2 Taw 23:18; 20:22; 35:25; Ez 3:11; Neh 11:22; 12:42; Maz 13; 87:7; Mat 26:30 // Mar 14:26; KPR 16:25; Ef 5:19; Kol 3:16.
[7] Band. Kel 15:20-21; 1 Sam 18:6; 1 Taw 13:8; 15:16,19; 25:6; 2 Taw 5:13; 23:13; 29:27; Neh 12:27; Maz 4; 5; 47:2.
[8] Maz 87:7; 1 Taw 13:8.
[9] Maz 33:3; 71:23; 1 Kor 14:15
[10] sebagaimana dikutik oleh Sunarto, editor, Musik Seni Barat dan Sumber Daya Manusia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm. xix
[11] 1 Kor 14:15
[12] Becky Maceda, The Music of Worship: Pleasing God or Pleasing Oursleves? In Faith Walk A Christian digest Vol. 3 No. 1 (Philippines: Communion of Christian ministries, 2003), hlm. 23
[13] Maceda, Loc. cit.
[14] Pencipta lagu ini tidak diketahui sebagaimana terdapat di dalam Buku Lagu Kidung Ceria (Jakarta: Yamuger, 1996), 205.

1 komentar:

Tean PH mengatakan...

Ya kadang saya sering melihat mendengar para pelayan sekolah minggu suka memperkenalkan lagu sepeti contoh no 1..atao lagu Kingkong badannya besar..dst...kiranya anda tidak lelah menginformasikan pemahaman ini..Makasih infonya, selamat melayani...